570. Pasangan Suami Istri Yang Sah 

Meskipun karpet merah ini tidak terlalu panjang, tapi Felicia merasa ia sudah berjalan untuk waktu yang amat lama. Akhirnya, ia telah sampai di hadapan Carlos. la pun hampir akan meneteskan air matanya. 

Joseph dan Andre juga sama sepertinya. Mata mereka pun mulai berkaca-kaca. Meskipun sedih, mereka berdua juga merasa senang melihat Felicia, yang sedang memakai gaun pengantin, akan menjadi istri orang lain dan akan mendapat kebahagiaan untuk selamanya. 

Dengan begini, jika suatu saat kematian datang menjemput mereka, mereka tetap bisa pergi dengan tenang dan menemui gadis bernama Daniela di atas sana. 

Ketika Andre berbicara, suaranya terdengar agak serak, "Carlos, kuserahkan putriku padamu, ya!" 

"Iya!" balas Carlos dengan wajah serius. 

Kemudian, ia mengambil tangan si mempelai wanita dari tangan kedua ayah mertuanya, lalu mengaitkan jemarinya dan membawanya ke hadapan pendeta. 

Upacara pernikahan akhirnya telah mulai. Pendeta tersebut membuka Alkitab, meletakkan telapak tangannya di atas, dan dengan nada serius berkata, "Pak Carlos, apakah Anda bersedia menerima Bu Felicia sebagai istri Anda? Bersedia untuk tetap mencintainya, setia padanya dan tetap berada di sisinya baik pada waktu senang atau susah, kaya atau miskin, dan sehat ataupun sakit?" 

"Iya, saya bersedia!" Carlos tanpa ragu menganggukkan kepalanya. 

Wajah yang tegas itu masih tetap terlihat tenang di momen yang penting ini, tapi lengannya malah menjadi tegang. 

"Bu Felicia, apakah Anda bersedia menerima Bapak Carlos sebagai suami Anda? Bersedia untuk tetap mencintainya, setia padanya dan tetap berada di sisinya baik pada waktu senang atau susah, kaya atau miskin, dan sehat ataupun sakit?" 

Sama seperti Carlos, Felicia tanpa ragu-ragu membuka mulutnya. Ketika ia berbicara, suaranya terdengar agak serak, "Iya, saya bersedia!" 

Selanjutnya adalah segmen untuk saling memasangkan cincin. Di ujung karpet merah, Felio, yang barusan menarik gaun pengantinnya dengan memakai jas hitam yang sama dengan Carlos dan dasi, kini sedang memegang sebuah kotak cincin merah sambil berjalan ke arah mereka. 

Wajah tampanya pun tampak sangat serius. Setelah tiba di hadapan mereka, ia mengangkat tinggi-tinggi kotak yang dipegangnya. 

Kemudian mereka saling memasangkan cincin kawin yang dirancang khusus oleh Carlos ke jari manis masing-masing. Sejak saat ini, mereka telah menjadi pasangan suami istri yang sah dan akan terus hidup bersama untuk selamanya. 

Pendeta itu tersenyum lalu melanjutkan, "Sekarang, silahkan kalian berdua saling berhadapan sambil bergandengan tangan, lalu bersama-sama mengatakan sumpah janji kalian untuk hidup bersama di hadapan semua saksi mata di sini!" 

Setelah mendengar ini, Felicia menyerahkan buket yang dipegangnya kepada Christabel yang menjadi bridesmaid, lalu menghadap ke Carlos dan memegang kedua tangannya. 

"Saya, Carlos berjanji, akan menerima engkau Felicia sebagai satu-satunya istriku yang sah! Saya mau kita hidup dengan sehat, mau kita hidup dengan damai dan mau selamanya menemanimu bersama anak kita. Saya akan terus menghargai perasaan kami dan mencintaimu apa adanya dari sekarang hingga seterusnya:" 

"Saya akan memercayaimu, menghormatimu dan akan terus menemanimu tertawa maupun menangis! Saya akan terus setia padamu baik pada waktu senang atau susah, baik pada waktu kaya atau miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, saya berjanji akan selalu menjalaninya bersamamu!" 

"Apapun yang terjadi di masa depan, saya akan terus menemani di sisimu. Saya akan menyerahkan seluruh hidupku padamu, istriku. Saya akan terus mencintaimu baik sekarang maupun selamanya!" 

Pada saat bersamaan, Felicia juga berkata, "Saya, Felicia berjanji, akan menerima engkau Carlos sebagai satu-satunya suamiku yang sah! Saya mau kita hidup dengan sehat, mau kita hidup dengan damai dan mau selamanya menemanimu bersama anak kita. Saya akar terus menghargai perasaan kami dan mencintaimu apa adanya dari sekarang hingga seterusnya." 

"Saya akan memercayaimu, menghormatimu dan akan terus menemanimu tertawa maupun menangis! Saya akan terus setia padamu baik pada waktu senang atau susah, baik pada waktu kaya atau miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, saya berjanji akan selalu menjalaninya bersamamu!" 

"Apapun yang terjadi di masa depan, saya akan terus menemani di sisimu. Saya akan menyerahkan seluruh hidupku padamu, suamiku. Saya akan terus mencintaimu baik sekarang maupun selamanya!" 

Melalui mikrofon, perkataan mereka berdua yang diucapkan secara bersamaan bergema di setiap sudut gereja. Perkataan mereka pun membuat banyak orang meneteskan air mata mereka. 

Di dalam gereja megah bernuansa Eropa ini, sinar matahari yang masuk dari jendela besar membuat mereka tampak bersinar dan serasi. Pada detik berikutnya, terdengar suara tepuk tangan yang meriah. Semua orang yang menyaksikan ini pada menangis maupun tersenyum bahagia. 
Di antara mereka, ada seorang gadis yang sedang menepuk tangan sambil menghapus air matanya dengan tisu. Lalu gadis itu menoleh ke wanita di sebelahnya dan berkata, "Pernikahan ini benar-benar mengharukan, bukan? Mbak, apakah Mbak juga merupakan teman atau kerabat pengantin wanitanya?" 
Orang yang diajaknya bicara itu tampak berbeda dari tamu lain di sini. Pada waktu yang romantis ini, ia malah mengenakan kacamata dan masker hitam, membuat wajahnya tak terlihat secara jelas. Tetapi dari penampilannya, gadis itu bisa melihat kalau ia adalah wanita yang cantik. 
Karena ia memakai kacamata hitam, siapa pun tak dapat melihat kalau ia kini sedang menatap dengan tatapan bengis. 
"Aku bukan siapa-siapanya dia!" sangkal Lily dengan nada dingin. 
"Oh, maaf!" Gadis itu dibuat terkejut oleh perkataannya yang tegas itu. 
Meskipun ia tidak tahu perkataan mana yang 


x

Bagikan:

Posting Komentar

Top Ads

Middle Ads 1

Middle Ads 2

Bottom Ads